Borok Ferdy Sambo Dikorek Irma Hutabarat, Dosa Petinggi Polri Jadi Taruhan?
Mata-Hukum, Jakarta – Berbelit-belitnya perjalanan kasus kematian Brigadir J masih terus dikorek aktivis sosial Irma Hutabarat. Sejauh ini Irma dikenal ikut peduli dengan kematian Brigadir J dan kerap muncul bersama keluarganya. Bukan cuma menyoroti soal kasus kematian Nofriansyah Yoshua Hutabarat, Irma juga menelisik soal sikap Ferdy Sambo dan orang yang berada di lingkaran kepolisian dalam menangani kasus pembunuhan berencana ini.
Pengaruh Sambo sebabkan istrinya tak ditahan
Sebagaimana kita tahu, Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus ini. Mereka dinilai sebagai aktor utama di balik kematian Brigadir J. Meski telah ditetapkan jadi tersangka, hingga kini Putri Candrawathi tidak ditahan seperti tersangka lainnya.
Hal inilah kemudian yang menjadi perhatian Irma Hutabarat. Dalam sebuah video yang diunggah di akun instagram @lambegosiip, secara blak-blakan Iema Hutabarat menyatakan ada dugaan kesepakatan di internal kepolisian yang membuat hingga kini istri Ferdy Sambo tersebut tidak ditahan.
Kesepakatan itu diduga erat kaitannya dengan pengaruh Ferdy Sambo yang cukup besar di institusi Polri, yang pernah menjabat sebagai Kadiv Propam Polri. “Risikonya mungkin kesepakatan dilanggar, Sambo akan bernyanyi lagu yang tidak merdu. Sebagai Kadiv Propam dan Kepala Satgasus Merah Putih dia punya banyak daftar siapa saja, melakukan apa, menerima apa, yang menurut saya merupakan truf, kartu truf (sejenis kartu permainan) bagi dia,” kata Irma Hutabarat dikutip Sabtu 24 September 2022.
Para jenderal cari cara bebaskan Sambo dan istrinya dari hukuman
Irma Hutabarat juga menyatakan, ada keterlibatan sejumlah jenderal untuk mengupayakan agar Ferdy Sambo dan istrinya bisa lolos dari jerat hukum, atau setidaknya mendapatkan hukuman ringan. Menurut Irma, setidaknya ada tiga jenderal yang menduduki jabatan kapolda yang telah mengadakan pertemuan pada 29 Juli 2022 lalu, untuk mencari celah bagaimana agar Sambo dan istrinya lepas dari jerat hukum.
Tak hanya para jenderal, pertemuan itu, menurut Irma, juga dihadiri oleh sebuah LSM yang memiliki nama besar. Terkait keterlibatan LSM tersebut, Irma menduga targetnya adalah untuk menyelamatkan Putri Candrawathi dengan dalih keadilan gender, serta memberikan assessment pada istri Sambo tersebut, seakan-akan ia mengalami PTSD atau post-traumatic stress disorder.
“Nah itu (pelecehan seksual) yang masih dibawa sampai sekarang,” kata Irma.
Ferdy Sambo pegang daftar ‘dosa’ petinggi polri
Hal lain yang diungkap Irma Hutabarat terkait pengaruh Ferdy Sambo di kepolisian, yakni ia menduka Ferdy Sambo mengetahui daftar “dosa-dosa” para petinggi di institusi Polri. Hal itu diutarakan Irma dalam podcast di channel YouTube Refly harun beberapa waku lalu. Inilah yang diduga membuat kepolisian terkesan lamban dalam mengusut kasus kematian Brigadir J, untuk mencegah terbukanya ‘borok’ dalam kepolisian tersebut. “Dia punya list-nya dong, dosa-dosa semua petinggi-petinggi. Jadi dia punya list siapa saja yang sudah terima apa saja, saya pikir itu sangat powerful,” sambung Irma.
Kekuasaan Ferdy Sambo diduga hingga di luar Polri
Besarnya pengaruh kekuasaan Ferdy Sambo diduga tidak hanya di dalam institusi Polri. Pengaruh Ferdy Sambo diduga juga sampai ke sejumlah pejabat negara di Indonesia, bahkan yang setingkat menteri.
Hal ini kembali diungkap oleh Irma Hutabarat. Ia menyatakan sejumlah pihak pernah berkomentar mengenai kasus yang menyeret Ferdy sambo. Dan dari sejumlah komentar tersebut tergambar seberapa besar pengaruh dari kuasa Ferdy Sambo di luar institusi Polri. “Makanya bolak-balik kan Mahfud MD bilang ini luar biasa kuasanya Kaisar Sambo,” tegasnya.
Apa betul apa yang dikatakan Irma, seperti yang tengah ramai diberitakan saat ini, terkait keterlibatan pengusaha yang menfasilitiasi pesawat Jet untuk Brigadir Hnedra Kurniawan?
Keterlibatan Priantono Bonosusatya Bonosusatya dan Brigjen Hendra Kurniawan dalam Kasus Ferdy Sambo
Ketua Indonesia Police Watch alias IPW, Sugeng Teguh Susanto, menyebut Brigadir Jenderal atau Brigjen Hendra Kurniawan diduga menggunakan pesawat jet pribadi milik Robert Priantono Bonosusatya saat mengunjungi kediaman orangtua Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat di Jambi.
Berdasarkan BAP yang dilihat oleh Tempo, Hendra Kurniawan mengaku sempat bertemu dengan keluarga Brigadir J di Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi, pada Senin, 11 Juli 2022. Pertemuan itu merupakan perintah dari eks Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Inspektur Jenderal Ferdy Sambo yang kala itu masih memegang jabatannya dan masih berstatus sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Selain diduga meminjamkan jet pribadi kepada Hendra Kurniawan, Sugeng juga menyebut Robert Priantono Bonosusatya alias RBT memiliki peran dalam Konsorsium 303 yang diduga juga berkaitan dengan Ferdy Sambo.
“IPW mencium aroma amis keterlibatan RBT dan Yoga Susilo dalam kasus Sambo dan Konsorsium 303. Lantaran, selain RBT, nama Yoga Susilo, Direktur Utama PT Pakarti Putra Sang Fajar muncul dalam struktur organisasi Kaisar Sambo dan Konsorsium 303, sebagai Bos Konsorsium Judi Wilayah Jakarta,” kata Sugeng dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada 19 September 2022.
Adapun Robert membantah sebagai pemilik jet pribadi yang disebut Indonesia Police Watch (IPW) dipakai Brigadir Jenderal Hendra Kurniawan untuk menemui keluarga Brigadir J. Dia menyatakan tak memiliki jet, namun mengakui mengenal Hendra. “Nggak bener itu, nggak bener sama sekali. Bukan, mana ada saya jet,” kata Robert.
Robert juga mempertanyakan bukti Indonesia Police Watch menuduhnya memiliki jet pribadi yang dipakai Hendra. Namun ia mengakui mengenal mantan Kepala Biro Pengamanan Internal Divisi Propam itu sejak ia masih berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi. “Sudah lama sekali saya kontak dia sejak 5 atau 6 tahun. Waktu itu dia masih AKBP,” ujarnya.
suara.com/tempo.co/rid