Bupati Cianjur: 20 Orang Meninggal Dunia, 200 Lebih Luka-luka Akibat Gempa
“Berdasarkan data sementara yang diterima bupati, ada sebanyak 20 orang meninggal dunia dan 200-an orang lebih mengalami luka-luka. Semua korban telah dievakuasi ke RSUD Sayang, Cianjur”
Mata-Hukum, Cianjur – Bupati Cianjur Herman Suherman mengonfirmasi jumlah korban terdampak gempa bumi tektonik dengan kekuatan magnitudo 5,6 wilayah barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terus bertambah.
Berdasarkan data sementara yang diterima bupati, ada sebanyak 20 orang meninggal dunia dan 200-an orang lebih mengalami luka-luka. Semua korban telah dievakuasi ke RSUD Sayang, Cianjur.
“Yang meninggal dunia 20 orang, korban luka-luka 200 orang lebih yang kita tangani, itu belum data di lapangan yang belum divekuasi, ini ambulans terus berdatang ke RSUD Sayang,” kata Herman kepada wartawan pada, Senin, 21 Oktober 2022.
Menurut Herman, ada tiga rumah sakit di Kabupaten Cianjur yang diketahui menangani korban terdampak gempa, yakni RSUD Sayang Cianjur, RS Bhayangkara dan RSUD Cimacan, Cipanas.
“(Semua korban) ini masih di halaman rumah sakit, khawatir masih ada gempa susulan,” ujarnya Sementara itu, Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan menambahkan bahwa 20 orang korban meninggal dunia ini baru yang terdata di RSUD Sayang, Cianjur.
“Iya di RSUD Cianjur saja, kami masih mendatangkan data dari lainnya,” ungkapnya
Sebelumnya, gempa bumi dengan magnitudo 5,6 melanda wilayah barat daya Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, pada Senin pukul 13.21 WIB. Menurut BMKG, pusat gempa bumi itu berada di koordinat 6,84 Lintang Selatan dan 107,05 Bujur Timur, sekira 10 kilometer barat daya Kabupaten Cianjur, pada kedalaman 10 km.
Pernyataan Lengkap Kepala BMKG soal Gempa Magnitudo 5,6 Guncang Cianjur hingga Jakarta
Gempa bumi dengan magnitudo 5,6 terjadi pada Senin 21 November 2022 sekitar pukul 13.21 WIB. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, yang tengah mengikuti rapat dengan Komisi V di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) langsung meminta izin penundaan untuk kembali ke kantornya guna memberikan paparan tentang gempa yang terjadi.
Menurut BMKG Getaran gempa terasa di Cianjur, Garut , Sukabumi, Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor, Bayah, Rancaekek, Tangerang Selatan, DKI Jakarta, dan Depok.
Berikut ini rangkuman pernyataan Dwikorita terkati gempa bumi yang turut mengguncang Jakarta. 1. Pusat gempa Dwikorita mengatakan, pusat gempa berada di sekitaran Sukabumi, Cianjur, Jawa Barat. “Jadi yang baru saja terjadi pada posisi di sekitar Sukabumi, Cianjur di sekitar wilayah daerah tersebut dan merupakan gempa yang diakibatkan patahan geser dengan magnitudo 5,6,” kata Dwikorita ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. 2. Kedalaman pusat gempa Dwikorita menyatakan, kedalaman pusat gempa sekitar 10 kilometer.
3. Diduga akibat pergerakan sesar Cimandiri Dwikorita mengatakan, gempa bumi diduga karena pergeseran sesar Cimandiri. Adapun sesar ini terletak di bagian barat dari Provinsi Jawa Barat. Sesar Cimandiri merupakan patahan geser aktif. “Diduga ini merupakan pergerakan dari sesar Cimandiri, jadi bergerak kembali,” kata Dwikorita.
4. Waspada gempa susulan, minta warga keluar dari gedung Dwikorita meminta seluruh pihak untuk menghindari gedung-gedung dan berada dalam ruangan. “Dan kami mohon sebaiknya yang ada di dalam gedung sebaiknya keluar saja dulu menunggu karena gempa kemungkinan masih ada gempa susulan,” kata Dwikorita di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Tentang Sesar Cimandiri
Sesar Cimandiri memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya, memanjang dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Gandasoli. Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip).
Sejarah gempa menunjukkan bahwa Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah Kabupaten Sukabumi pada 1879, 1900, 1912, 1969, 1973, 1982, 2000, 2011, 2012, dan 2020.
Gempa yang terjadi pada 12 Juli 2000 dengan magnitudo M 5,4 dan M 5,1 menyebabkan sebanyak lebih dari 1.900 rumah rusak di Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan.
Sedangkan, gempa Kalapanunggal pada 11 Maret 2020 dengan magnitudo M 5,1 merusak lebih dari 760 rumah.
Dari berbagai sumber/matahukum/rid