Jejak Misterius ‘Sang Naga’ Aguan Raja Properti Jakarta

0

“Jika Anda warga Jakarta, apakah pernah mendengar Harco Mangga Dua, Ashta District 8, Pantai Indah Kapuk, dan Mall of Indonesia”

Sugianto Kusuma atau yang kerap disapa Aguan. (Istimewa)

Mata-Hukum, Jakarta – Siapa sih yang gak kenal Aguan di Jakarta?,” kata Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta, pada 2016 lalu, dikutip Kompas. Perkataan Ahok tidaklah berlebihan.
Namun, jika Anda tidak tahu sama sekali Aguan, Matahukum akan mengingatkan dulu tentang suatu hal.

Jika Anda warga Jakarta, apakah pernah mendengar Harco Mangga Dua, Ashta District 8, Pantai Indah Kapuk, dan Mall of Indonesia? Lalu, jika Anda bukan warga Jakarta, apakah pernah menonton iklan properti di salah satu TV swasta yang dipandu oleh Feni Rose tiap Sabtu atau Minggu?

Mall of Indonesia (MOI). (Istimewa)

Apabila familiar dengan itu semua, bahkan pernah datang dan membeli propertinya, Anda harus tahu kalau semua yang disebut berada di bawah kendali Agung Sedayu Group. Anda perlu tahu juga, nama tempat yang sudah disebut itu hanya 4 dari 57 properti milik Agung Sedayu yang tersebar di Jabodetabek. Tentu, Anda pasti paham seberapa mahal harga tanah tempat berdirinya properti itu. Belum lagi, perputaran uang di dalamnya.

Memangnya siapa pemilik Agung Sedayu? Jawabannya adalah tokoh yang disebut Ahok di atas, yakni Aguan.

Besarnya kepemilikan properti milik Aguan bahkan membuat aktivis Sri Bintang Pamungkas dalam Ganti Rezim Ganti Sistim (2014), menyebutnya sebagai bagian dari ‘Sembilan Naga’. Kata Bintang, ‘Sembilan Naga’ adalah istilah untuk menyebut pengusaha yang menguasai ekonomi Indonesia. Istilah ini lahir berkat simbiosis mutualisme Orde Baru dan pengusaha.

Aguan alias Guo Zaiyuan alias Sugianto Kusuma bisa dikatakan sebagai sosok misterius. Sebab, tidak banyak literatur yang mampu menggali kehidupan pribadinya. Meski demikian, dia tercatat lahir pada 1951. Seperti orang Tionghoa pada umumnya, keluarganya tinggal dari daerah ke daerah. Dia tercatat pernah tinggal di Palembang sebelum akhirnya pindah ke Jakarta pada 1965.

Dalam 9 Jalan Pengusaha: Kisah dan Inspirasi Pengusaha Tangguh Indonesia (2013), persentuhan pertamanya dengan dunia bisnis bermula ketika Aguan menjadi penjaga gudang dan pembantu di kantor perusahaan impor. Perlahan, dia naik “pangkat” menjadi pengurus administrasi perusahaan.

Titik balik kehidupan Aguan terjadi ketika dia berkenalan dengan pemborong bangunan. Perkawanannya membuat Aguan belajar tentang bisnis properti hingga membangun bisnis sendiri pada 1971 yang jadi cikal bakal Agung Sedayu Group.

Bisnis itu bergerak di bidang kontraktor rumah dan pertokoan sederhana. Beruntung, Aguan mengembangkan bisnis ketika politik dan ekonomi membaik. Akibatnya, dalam kurun 10 tahun, perusahaanya berkembang pesat. Proyek pertamanya adalah Harco Mangga Dua.

Bisnis Aguan makin besar ketika berkenalan dengan Tommy Winata (TW). TW juga pengusaha Tionghoa, tetapi dia lebih dekat dengan tentara, termasuk para jenderal, salah satunya Try Sutrisno. Dalam Asian Godfathers (2007), Joe Studwell menyebut TW sebagai godfather (pembesar & penguasa) baru abad ke-21.

Tommy Winata (TW). (Istimewa)

Aguan dan TW memiliki kesamaan sektor usaha. Selain perbankan, TW pun bermain di sektor properti. Karena punya kesamaan, keduanya bekerjasama. Seiring waktu, ‘duet maut’ ini melahirkan kawasan real estate besar seperti Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gading, bahkan kawasan perkantoran elite, yakni SCBD Sudirman.

Penciptaan kawasan ini jelas membuat Agung Sedayu semakin besar dan namanya semakin dikenal. Begitu pula dengan TW. TW lewat jaringan konglomerasi yang dibuatnya, Artha Graha Network, juga semakin besar. Keduanya otomatis mendapat cuan melimpah pula.

Di tahun 2021, bisnis Aguan semakin berkembang. Dia tidak lagi hanya menggeluti bisnis properti, melalui PT Multi Artha Pratama (MAP), perusahaan yang dimiliki langsung oleh konglomerasi Agung Sedayu Group (ASG), dia masuk ke emiten kaleng dan kemasan, PT Pratama Abadi Nusa Tbk. (PANI).

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). (Istimewa)

Untuk diketahui, soal hubungannya dengan Ahok, Aguan diangap sebagai gurunya dalam berbisnis. Ahok mengaku kerap bertemu dan makan bersama dengan Aguan. Keduanya kerap menikmati hidangan khas Palembang, pempek, dan es kacang merah.

Pertemuan-pertemuan tersebut biasanya berlangsung di rumah Ahok atau di tempat makan. Ahok berkata, Aguan kerap bertamu ke kediaman pribadinya karena jarak antara rumah Aguan dan rumahnya dekat. Ahok mengaku stafnya yang bernama Sunny Tanuwidjaja merupakan pengatur pertemuan tersebut.

Biasanya saya suruh Sunny karena mengatur jadwal kan susah. ‘Sun ada yang mau ketemu nih, lu yang atur jadwal deh. Kalau mau datang ke rumah, ya dateng saja, deket rumah kok’,” ujar Ahok.

Pernah Diperiksa KPK 9 Jam

Bos PT Agung Sedayu Group, Sugiyanto Kusuma alias Aguan meninggalkan gedung KPK usai menjalani pemeriksaan. (Istimewa)

Bos PT Agung Sedayu Group, Sugiyanto Kusuma alias Aguan, mendapat pengawalan ketat dari sejumlah pengawal pribadi seusai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa, 17 Mei 2016. Pria-pria berbadan tegap itu datang secara tiba-tiba dan menghalangi wartawan yang mendekati mobil Vellfire putih milik Aguan.

Beberapa pengawal terlihat merentangkan tangan sambil mencegah wartawan merekam video dan mengambil foto Aguan yang ada di dalam mobil. Mereka berdiri mengelilingi mobil Aguan hingga mobil itu keluar Gedung KPK. “Awas-awas!” ujar salah satu pengawal.

Menurut pantauan Tempo, ada sekitar 14 pengawal yang datang menjaga Aguan hari itu. Setelah Aguan pergi, mereka kemudian pergi dengan mobil terpisah yang terparkir di sebelah Gedung KPK.

Hari ini, KPK kembali memeriksa Aguan sebagai saksi dalam kasus dugaan suap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) reklamasi di Teluk Jakarta. Aguan diperiksa penyidik selama 7,5 jam.

“Sebagai saksi untuk melanjutkan pemeriksaan sebelumnya,” ujar Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati kepada wartawan, Selasa, 17 Mei 2016. KPK tengah mendalami kasus suap reklamasi ini. Kemarin, sejumlah pejabat DPRD dan swasta sudah diperiksa guna mendalami kasus suap reklamasi tersebut.

“Makanya hari ini beberapa anggota DPRD juga dipanggil terkait reklamasi. Mereka dimintai keterangan seputar raperda, kemudian untuk beberapa pihak swasta masih digali keterangannya soal izin reklamasi,” ujar Yuyuk di Gedung KPK, Senin, 16 Mei 2016.

Aguan tadi datang pada pagi hari. Dia tiba di Gedung KPK sekitar pukul 08.29 WIB dan keluar pada pukul 16.01 WIB. Aguan mengenakan batik lengan panjang berwarna abu-abu. Aguan enggan berkomentar sedikit pun kepada wartawan terkait pemanggilannya hari ini.

Pemeriksaan ini merupakan yang ketiga kalinya bagi Aguan. Sebelumnya, dia telah diperiksa terkait kasus yang sama pada 11 dan 19 April 2016.

Pada pemeriksaan pertama, penyidik meminta Aguan memberi kesaksian untuk salah satu tersangka suap reklamasi, yaitu Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi. Sedangkan pada pemeriksaan kedua Aguan diperiksa untuk mengkonfirmasi beberapa pertemuan yang diduga dilakukan bersama beberapa anggota DPRD DKI Jakarta.

Sebelumnya, Aguan sudah dicegah tangkal oleh KPK sejak Jumat, 1 April 2016, terkait dugaan suap proyek reklamasi teluk Jakarta. Pencekalan tersebut berlalu untuk enam bulan ke depan.

Dari berbagai sumber/matahukum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *