@KemenPU Bantah Pernyataan Jokowi Sodetan Ciliwung Mangkrak Enam Tahun
“Twitter Kementerian PUPR: Kementerian PUPR kembali melanjutkan pembangunan terowongan (sudetan) dari Sungai Ciliwung menuju Kanal Banjir
Timur (KBT) pada TA 2021. Sebelumnya, pembangunan sudetan ini telah dilaksanakan sepanjang 550 m pada tahun 2013-2015,”
Mata-Hukum, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau proyek Sodetan Ciliwung di Jakarta Timur, pada Selasa 24 Januari 2023. Baik Jokowi maupun Basuki menyebut, proyek itu mangkrak selama enam tahun dan baru dikerjakan kembali pada era Penjabat Gubernur DKI, Heru Budi Hartono.
Berdasarkan hasil penelusuran pada, akun Twitter resmi Kementerian PUPR mengunggah jika proyek tersebut malah sudah dikerjakan pada 4 Agustus 2021 lalu.
“Kementerian PUPR kembali melanjutkan pembangunan terowongan (sudetan) dari Sungai Ciliwung menuju Kanal Banjir
Timur (KBT) pada TA 2021. Sebelumnya, pembangunan sudetan ini telah dilaksanakan sepanjang 550 m pada tahun 2013-2015,” demikian keterangan akun @KemenPU dikutip di Jakarta, pada Rabu 25 Januari 2023.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sodetan tersebut bisa mengurangi debit banjir Sungai Ciliwung, dengan mengalirkan air sebesar 60 meter kubik (m3) per detik ke KBT saat Sungai Ciliwung sudah tidak mampu menampung debit air pada perkiraan debit banjir ulang 25 tahunan sebesar 508 m3 per detik.
Bahkan, Basuki bersama Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan meninjau langsung lokasi proyek Sodetan Ciliwung.
“Insya Allah akan mengurangi risiko banjir pada kawasan hilir Sungai Ciliwung,” kata Menteri PUPR saat meninjau pembangunan Sodetan Ciliwung bersama Menteri @kemenkomarves Luhut BP, Menteri @atr_bpn Sofyan Djalil, Kepala @KSPgoid Moeldoko, dan Gub @DKIJakarta @aniesbaswedan pada 4 Agustus 2021.
Menurut Basuki, pada 2021, pekerjaan itu dilanjutkan sepanjang 549 meter. Sehingga total panjang sodetan nantinya 1,09 kilometer (km). Pembangunan
Sodetan Sungai Ciliwung ke KBT terdiri atas Zona A, B, C, dan D. Zona A berupa bangunan permanen inlet open channel 165 meter dan normalisasi Sungai Ciliwung. Sementara Zona B berupa terowongan ganda sudetan dari inlet ke arriving shaft 549 m, Zona C terowongan 550 m yang sudah selesai, dan Zona D normalisasi Kali Cipinang dan KBT.
Status akun Twitter @KemenPU tersebut akhirnya banyak dikomentari warganet. Hal itu karena status tersebut seolah membantah pernyataan Presiden Jokowi, Menteri Basuki, dan Pj Gubernur Heru.
Sebelumnya, Menteri Basuki mengatakan, proyek pengendalian banjir perlu dilakukan secara konsisten dari hulu hingga hilir, sehingga bisa mengurangi dampak banjir di Jakarta. Hal ini disampaikannya saat mendampingi Presiden Jokowi meninjau proyek pembangunan sodetan Kali Ciliwung, Jakarta Timur, Selasa.
“Ini jadi dimulai dari Pak Presiden, pengendalian banjir kalau konsisten dengan master plan yang ada pasti banyak berkurang, dari hulu tengah hilir. Hulu tadi yang Sukamahi dan Ciawi, tapi antara Bogor dan Jakarta ini ada Depok yang bisa hujan di situ atau hujan di Jakarta sehingga ini sodetan untuk yang tengah,” kata Basuki menjelaskan.
Menteri yang memiliki kartu anggota PDIP tersebut menilai, selama enam tahun terakhir ini tidak dilakukan normalisasi sungai dan pembangunan sodetan Kali Ciliwung. Namun, setelah Penjabat (Pj)
Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menjabat, proyek pengendalian banjir di Ibu Kota mulai dikerjakan kembali.
“Kalau konsisten dilakukan dari dulu pasti sudah… Yang masalahnya tadi Pak Presiden bilang enam tahun gak diapa-apain, normalisasi gak diapa-apain, sodetan gak diapa-apain, nah sekarang alhamdullilah ada Pak Heru ini mulai dikerjakan lagi,” kata Basuki.
Dia pun optimistis proyek yang dilakukan ini bisa mengendalikan dan mengurangi banjir yang terjadi di Jakarta. Proyek pembangunan sodetan tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun. “Ini kan Rp 1,2 triliun, paket ini hampir Rp 500 yang di sana tadi Rp 700-an (miliar), jadi mahal tapi insya Allah ada manfaatnya di pengendali banjir,” ujarnya.
Sodetan Kali Ciliwung ini berada di antara TB Simatupang dan Manggarai. Sehingga nantinya, bisa menahan debit air di wilayah tersebut. “Ini antara Simatupang dan Manggarai. Jadi sebelum masuk Manggarai masuk sini dulu pada saat tunggu hujan,” tambah dia.
Selain sodetan Kali Ciliwung, Basuki juga menekankan perlunya membangun Giant Sea Wall atau proyek tanggul laut raksasa. Namun, yang terpenting saat ini, yakni membangun tanggul pantai atau emergency ring terlebih dahulu. “Yang penting emergency tanggulnya dulu. Tanggul pantai ring emergency, kalau itu sudah semua nanti kalau diperlukan Giant Sea Wall,” ujarnya.
Presiden Jokowi menjelaskan, pengerjaan sodetan Kali Ciliwung ini terhitung cepat. Hanya dalam satu setengah bulan pembebasan lahan pun bisa dilakukan. “(Kendala) pembebasan. Tadi saya sampaikan. Dikerjakan oleh Pak Gubernur Heru, saya gak tahu pendekatannya apa, tapi selesai. Makanya saya ke sini tadi karena sudah selesai,” kata Jokowi.
Sementara itu, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, penanganan banjir di Jakarta akan dilakukan menyeluruh, termasuk normalisasi sungai lainnya. Semuanya akan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kajian dari berbagai aspek.
“Kita bertahap, kalau Kali Angke kan sudah beberapa tahun yang lalu sekitar 2007 sampai 2010 sudah dinormalisasi. Berikutnya, tinggal sekarang normalisasi Kali Ciliwung, tentunya bertahap ya tidak sekaligus, termasuk waktu, beban sosial, dan tahap berikutnya yang sedang dikerjakan oleh Dinas Sumber Daya Air adalah yang kemarin kita lihat tanggul pantai, kira-kira itu,” kata Heru.