Maria Angelita Girsang Mewujudkan Mimpi dari Hobi

0

Matahukum, Jakarta – Kecintaannya pada dunia fashion membawanya berguru hingga beda benua. Siap memperkenalkan kain tradisional ke kancah internasional.

Peragawati bertubuh jangkung dibalut gaun pengantin melenggok gemulai di atas catwalk. Menggunakan busana besutan desainer muda Maria Angelita Girsang, sang peragawati mendapat tepukan tangan meriah dari para penonton. Angel begitu sang desainer kerap disapa dengan berani bermain dengan paduan warna nude, pink, dan ungu untuk gaun pengantin rancangannya yang bertema ‘La Lavande’ terinspirasi dari ‘lavender field’ di kota provence, Perancis. Collection perpaduan antara gaya klasik dan modern.

Mengusung label MARGEL gaun pengantin itu terlihat berbeda dan kasual dengan potongan A-line, trumpet, dan juga mermaid style. Meski begitu, kesan manis dan feminin tetap kuat terlihat karena Angel melengkapi gaun pengantinnya dengan kerudung berwarna violet yang terlihat cantik dan romantis, diciptakan dengan manik-manik air mata yang mengelilingi sisi-sisi kerudung.

Angel adalah satu dari lima siswa Abineri Ang, desainer yang juga pemilik Abineri Ang Atelier et Createur de Mode yang terpilih untuk unjuk gigi di ajang tahunan Jakarta Fashion Week. Ini adalah tahun ketujuh bagi Abineri berpartisipasi di ajang tahunan yang telah mencuri perhatian para pengamat fashion kelas dunia.

Abineri Ang menyeleksi ketat setiap karya anak didiknya yang akan ditampilkan dalam setiap pertunjukan. Proses pemilihan dilakukan dengan memperhatikan banyak hal, Abineri dikenal dingin dalam menempa para siswanya dari nol hingga siap untuk berlaga di kancah industri fashion tanah air juga dunia. Berbeda dengan sekolah mode pada umumnya, designer workshop Abineri Ang lebih menitikberatkan pada segi bisnis merancang busana. “Saya sangat bersyukur terpilih dan bisa ikut serta dalam ajang Jakarta Fashion Week 2020 tersebut,” sergah Angel.

Dengan reputasi dan pengaruh yang sudah lama terbangun, Jakarta Fashion Week yang dimulai pada tahun 2008 ini berpotensi mengantarkan industri mode Indonesia untuk memasuki pasar mode dunia. Karenanya Angel tak mau menyia-nyiakan kesempatan dengan memberikan karya yang terbaik. Delapan bulan lamanya Angel berjibaku mempersiapkan gaun untuk ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2020 yang dilangsungkan di Senayan City, pada Oktober 2019 lalu.

Angel bergabung di sekolah mode Abineri paska kepulangannya dari Milan, Italia. Dara kelahiran 29 September ini memang memiliki passion yang kuat pada fashion. “Ketertarikan saya pada dunia fashion berawal dari hobi dalam mix and match baju, terus saya juga suka menggambar baju yang inspirasinya saya dapat dari majalah-majalah fashion. Menurut saya ketika passion dijadikan pekerjaan itu akan sangat menyenangkan,” tutur Angel.

Karenanya, selepas dari bangku Sekolah Menengah Pertama, Angel memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Kejuruan Santa Maria jurusan Tata Busana. Meski tertarik pada dunia fashion, namun sejujurnya Angel sebelumnya tak pernah berhubungan dengan jarum, benang, pun mesin jahit yang menjadi bagian penting untuk menciptakan sebuah busana.

“Waktu kelas X SMK, untuk pertamakalinya saya diperkenalkan untuk menggunakan mesin jahit, mesin jahit manual. Saya juga mempelajari bagaimana memilih bahan yang tepat untuk sebuah desain, dan juga untuk pertama kalinya menampilkan hasil desain gaun yang saya buat di depan orang banyak. Saya juga diajarkan membuat pola sederhana, seperti daster, atau rok span yang potongannya hanya lurus,” kenang Angel sembari tertawa.

Tahun berikutnya, Angel baru diperkenalkan pada mesin jahit elektrik. Tentu jauh lebih canggih dengan berbagai fasilitas penunjang. Pola-pola yang diajarkan pun semakin rumit. Nah, saat duduk di kelas XII, di tahap akhir pendidikan di bangku SMK, Angel harus mendesain sebuah kebaya dan menjahitnya. Lalu kebaya tersebut dipresentasikan untuk mendapat nilai akhir mencapai kelulusan.

Lulus SMK, Angel melanjutkan pendidikan ke Nanyang Academy of Fine Arts Singapura. Tiga tahun lamanya, Angel menimba ilmu bagaimana membuat busana. “Pada dasarnya, yang dipelajari hampir sama ketika saya di SMK, diajarkan membuat pola, bagaimana cutting bahan yang baik, memilih bahan, dan seterusnya. Bedanya, waktu di SMK kita juga diberi pelajaran yang lain yakni pengetahuan umum, agama, Bahasa, dan lainnya. Nah di Nanyang Academy of Fine Arts, kami hanya benar-benar belajar tentang fashion, sehingga lebih fokus.”

Untuk bisa dinyatakan lulus dari Nanyang Academy of Fine Arts, kembali Angel harus membuat project. Pagelaran fashion show harus dia persiapkan, Angel yang mengambil jurusan fashion design, juga harus belajar tentang sejarah fashion, belajar teknik manipulasi kain, dan membuat 5 looks untuk final collection.

Tak puas menimba ilmu di Nanyang Academy of Fine Arts Singapura, Angel memilih kota Milan, Italia untuk menimba ilmu lanjutan Master Akademik dengan jurusan yang sama yakni Fashion Design khusus busana wanita. Bukan tanpa alasan Angel memilih Istituto Marangoni, di Milan yang menjadi salah satu rujukan kota mode di dunia. Milan tertrademark sebagai kotanya arsitek, designer, fashion stylist. Oleh karena itu, Milan menjadi tempat sempurna dan istimewa untuk untuk mempelajari fashion.

Istituto Marangoni adalah salah satu Lembaga pendidikan di bidang fashion terbaik di dunia. Telah berdiri sejak tahun 1935 di Milan sebagai “Istituto Artistico dell’Abbigliamento Marangoni” menjadi rujukan siswa yang ingin belajar fashion dari lima benua.

“Dari Istituto Marangoni saya diberikan project untuk membuat desain pakaian kepada salah satu fashion brand di Italy. Dari situ saya belajar langkah-langkah untuk mendapatkan suatu desain yang tepat. Tentunya saya banyak sekali belajar hal-hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Menurut saya untuk masuk ke sekolah mode itu juga penting untuk mengasah kreativitas dan menambah keahlian yang mungkin belum pernah kita dapatkan sebelumnya, seperti dalam mendesain suatu pakaian kita juga harus merancang secara proporsional. Membuat pola, teknik menjahit dan mengetahui sejarah fashion itu juga salah satu basic penting untuk menjadi fashion designer,” urai Angel panjang lebar.

Saat di Milan Angel juga lebih diarahkan untuk mengerjakan project brand-brand Italia. “Saat itu saya mengerjakan project untuk brand Fiorella Rubino. Saya delapan bulan di sana dan selama itu saya benar-benar membuat desain untuk collection mereka. “

Istituto Marangoni Milano terletak di pusat kota. Selain belajar fashion, termasuk mempelajari strategi marketing dan bagaimana memasarkan produk fashion, Angel juga belajar menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri karena harus berjauhan dengan keluarga. “Saya sering kangen masakan Indonesia,” katanya sembari tertawa.

Fashion memang dunia yang tidak ada matinya, karena semua orang membutuhkan pakaian untuk keseharian. Angel bertekad menjadi bagian untuk membangun kemajuan dunia fashion di tanah air. Angel akan terus berkarya menciptakan busana-busana bermutu. Meski begitu, Angel juga mempersiapkan diri untuk bertarung di pasar fashion tanah air dengan menyiapkan busana ready to wear.

Konsep busana ready to wear yang diusung Angel adalah klasik modern. “Saya akan mengambil gaya-gaya tahun 40an, dengan model sleves yang besar misalnya.”

Untuk ‘long-term goals’ Angel ingin lebih memperkenalkan kultur Indonesia ke dunia internasional dengan mengembangkan pattern, motif, atau print dari kain tradisional Indonesia. “Kain tradisional Indonesia begitu kaya, ada batik dari berbagai daerah terutamanya di pulau Jawa, ada songket dari Sumatera Selatan, Ulos dari Sumatera Utara, ada kain tapis dari Lampung dan masih banyak lagi. Untuk busana ready to wear saya akan mengaplikasikan dan mengembangkan motif tradisional dengan metode print.”

Namun Angel tak menutup kemungkinan untuk menggunakan kain asli, “Kain tradisional sangat bagus untuk pakaian formal. Untuk kenyamanan, bagian dalam bisa dilapis dengan kain furing.”

Angel melihat pasar fashion di Indonesia masih sangat terbuka luas. Meski dia akui, sangat berbeda ketika dirinya membuat desain di Milan dengan di tanah air. “Saat di Milan, kita membuat desain yang out the box, apresiasi orang sana sungguh luar biasa. Tapi kalau orang-orang Asia termasuk Indonesia, busana dengan desain yang tidak biasa akan dinilai aneh, nyeleneh. Orang Italia, utamanya Milan memang punya cita rasa seni yang sangat tinggi, makin aneh baju yang kita desain, makin bernilai seni tinggi bagi mereka,”

Tetapi, bukan berarti pasar busana dengan desain yang tak biasa itu tak memiliki pasar di tanah air. Masih banyak yang mencari, kata Angel penuh optimisme. “Memang, ceruk pasarnya tidak terlalu besar. Baju dengan desain out the box hanya dipakai di dunia showbiz, untuk tampil di televisi, red carpet atau untuk pemotretan majalah,” lanjutnya.

Berbeda dengan busana ready to wear yang memang sangat luas pasarnya. Tetapi persaingan juga ketat, karena para desainer harus bertempur melawan baju buatan pabrikan. Namun, kata orang bijak, selera tak bisa bohong bukan? Jika seseorang sudah begitu menyukai style fashion seorang desainer, maka akan terus diburu busana-busana buatan desainer tersebut.

Untuk itu, Angel akan terus berjuang dan belajar. Anak kedua dari tiga bersaudara ini akan terus mencari ilmu, bukan hanya tentang fashion, tetapi bagaimana mengembangkan bisnis di bidang fashion.

Kini Angel telah mengembangkan merk nya sendiri. Margel adalah kepanjangan dari namanya yang dipatri menjadi brand busananya. Sebelum pandemi, Angel telah memiliki penjahit sendiri, tetapi sekarang dia lebih memilih menjahit baju-baju yang dipesan darinya. “Untuk satu desain, bisa selesai antara satu hingga tiga bulan. Tergantung kerumitan desainnya, dan kita juga harus perhitungkan untuk fitting baju bagi pemesan.”

Kedepannya, Angel bermimpi bisa segera mewujudkan workshop miliknya sendiri. Dia akan membuka lapangan pekerjaan dengan memperkerjakan penjahit yang tentunya dengan standar keahlian yang mumpuni. Penggemar desainer Anne Avantie ini juga bermimpi bisa mengikuti jejak desainer favoritnya itu. “Begitu orang melihat kebaya buatan Anne Avantie, orang akan segera mengenalinya karena punya ciri khas. Saya juga ingin seperti itu. Busana by MARGEL akan bisa dikenali begitu dilihat,” tekadnya.

Bio Data

Nama: Maria Angelita Girsang

Tempat Lahir: Bekasi

Tanggal Lahir: 29 September 1996

Orangtua

Ayah: Dr. Junimart Girsang SH. MBA. MH.,

Ibu: Risna Uli Sidabutar

Pendidikan:

SD Santo Markus II

SMP Santo Markus II

SMK Santa Maria Jakarta Lulus tahun 2014

Nanyang Academy of Fine Arts Singapura 2014-2017

Istituto Marangoni, Milan – Italia 2018

Pengalaman

Jakarta Fashion Week 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *