“Inggris, Belanda, Jerman, Belgia, dan beberapa negara lain juga mengumumkan keputusan mereka untuk menutup sementara konsulat masing-masing di Istanbul, dengan alasan ancaman teroris”
Mata-Hukum, Jakarta – Ketegangan kembali terjadi di antara negara-negara anggota pakta pertahanan NATO. Bahkan, disebutkan telah terjadi perang psikologis di antara negara dalam aliansi itu.
Hal ini diungkapkan oleh Turki. Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu menyebut sedang terjadi perang psikologis antara negara itu dengan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan sekutu Eropa lainnya.
Komentarnya muncul tak lama setelah AS mengeluarkan peringatan kepada warganya di Turki tentang kemungkinan serangan teroris ‘segera’.
Inggris, Belanda, Jerman, Belgia, dan beberapa negara lain juga mengumumkan keputusan mereka untuk menutup sementara konsulat masing-masing di Istanbul, dengan alasan ancaman teroris.
“Pada hari kami mengumumkan target kami untuk menarik 60 juta wisatawan setiap tahun, mereka memulai perang psikologis melawan Turki,” papar Soylu pada Kamis 2 Februari 2023, dikutip Russia Today.
Soylu juga menentang keras langkah AS untuk terus mendukung milisi Kurdi YPG, yang dicurigai Ankara berada di balik serangan teroris mematikan di Istanbul pada November tahun lalu.
“Apakah kami tidak tahu bahwa Anda bergandengan tangan dengan orang-orang di balik penyerangan di Istiklal Avenue?” tanya menteri Turki itu seraya melanjutkan dengan menyatakan bahwa, jika Turki bertindak seperti
ini, itu sudah akan dicap sebagai negara teroris.
Sementara itu, hubungan antara Ankara dan Barat memburuk akhir-akhir ini, menyusul aksi pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Denmark-Swedia Rasmus Paludan akhir bulan lalu.
Otoritas Swedia, yang kemudian mengutuk aksi kontroversial di luar konsulat Turki di Stockholm itu, tidak menghentikan protes Paludan saat berlangsung dengan alasan kebebasan berekspresi.
Menyusul demonstrasi tersebut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Ankara tidak akan mendukung upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO. Swedia dan Finlandia melamar keanggotaan blok militer pimpinan AS Mei lalu sebagai tanggapan atas serangan Rusia di Ukraina.
Karena dukungan bulat dari semua negara anggota NATO diperlukan untuk menerima negara baru, proses aksesi dua negara Nordik itu ke dalam aliansi menjadi mandek.
Dalam menetapkan persyaratan bagi Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan blok tersebut, Turki telah menuntut agar kedua negara tersebut berhenti memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok yang telah ditetapkan Ankara sebagai teroris, mengekstradisi tersangka terorisme, dan mengakhiri embargo senjata mereka.
Di sisi lain, sekelompok Senator AS mendesak Presiden Joe Biden melalui surat untuk menunda penjualan jet tempur F-16 ke Turki sampai Turki setuju untuk mengizinkan Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO
Surat itu datang pada saat Swedia dan Finlandia menunggu Turki menyetujui penerimaan mereka ke NATO, di mana Turki adalah salah satu anggotanya.
Sumber Kongres sebelumnya mengatakan kepada CNN International bahwa pemerintahan Biden sedang bersiap untuk meminta anggota parlemen menyetujui penjualan F-16 ke Turki, yang akan menjadi salah satu penjualan senjata terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Kegagalan untuk meratifikasi protokol atau memberikan garis waktu untuk ratifikasi mengancam persatuan aliansi [NATO] pada momen penting dalam sejarah, karena Rusia terus melakukan invasi tanpa alasan ke Ukraina,” kata surat itu.
“Hubungan keamanan bilateral yang produktif dan saling menguntungkan dengan [Turki] adalah untuk kepentingan Amerika Serikat, dan kami sedang menunggu ratifikasi pemerintah atas protokol aksesi NATO untuk Swedia dan Finlandia.”
Dari berbagai sumber/matahukum