Nilai Tukar Rupiah Menuju Rp 16.000, Apakah Indonesia Siap?

0
nilai tukar rupiah

Petugas menghitung uang dolar. (istimewa)

“Harga BBM, khususnya non subsidi, pada November terancam dinaikkan kembali. Pasalnya, dua faktor yang memengaruhi harga jual BBM di dalam negeri yakni kurs rupiah terhadap dolar AS dan juga harga minyak saat ini bisa berdampak buruk pada harga jual BBM”

Mata-Hukum, Jakarta – Nilai tukar rupiah terus melemah hingga menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Di kawasan ASEAN, kinerja rupiah hanya lebih baik dari Dong Vietnam.

Merujuk data Refinitiv pukul 10: 48 WIB 20 Oktober 2022, rupiah bergerak di posisi Rp 15.572/US$1. Nilai rupiah sudah jatuh 0,49% dibandingkan hari sebelumnya. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 16 April 2020 atau 2,5 tahun terakhir, di mana rupiah saat itu menyentuh Rp 15.600/US$.

Rupiah juga sudah ambruk 1,36% sepekan dan ambles 2,23% dalam sebulan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah memang bukan satu-satunya nilai tukar yang melemah di ASEAN atau pun Asia. Namun, pelemahan rupiah kali ini terbilang cukup besar dibandingkan negara tetangga.

Dalam sepekan, baht Thailand hanya melemah 0,96% sementara ringgit Malaysia melandai 0,78%. Peso Filipina melemah 0,05%, Kip Laos turun 0,27%, dan riel Kamboja menyusut 0,15%.

Di kawasan ASEAN, hanya dolar Singapura dan dolar Brunei yang menguat. Dalam sepekan, dolar Singapura menguat 0,22% sementara dolar Brunei menanjak 0,23%.

Dari 10 negara ASEAN, kinerja rupiah hanya lebih baik diubandingkan dong Vietnam yang ambruk 1,78% sepekan.

Mata uang negara Asia lain juga tumbang di hadapan dolar AS hari ini. Yen Jepang ambruk 1,8% dalam sepekan, sementara rupee India ambles 1,01%, won Korea menyusut 0,2%, dan renminbi China melandai 0,96%.

Performa rupiah ini berbanding terbalik dengan awal hingga pertengahan September di mana mata uang Garuda bersinar. Pada awal September, rupiah menjadi salah satu yang terbaik di Asia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan kondisi rupiah saat ini masih undervalued. Hal ini dipicu oleh faktor sentimen dari flight to quality yang dilakukan investor asing.

“Bukan semata-mata rupiah saja, yen saja, sterlingnya saja. Ini karena investor global akan masuk kepada safe haven, pada saat ketidakpastian sangat tinggi,” ujar Josua dalam Closing Bell CNBC Indonesia TV, dikutip Kamis 20 Oktober 2022.

Kenaikan suku bunga acuan The Fed, juga membuat investor memilih memegang dolar.

“Maka dari ituliquidity is the kingsaat ini,” tegas Josua.

Antre BBM: Kendaraan mengantre mengisi BBM di SPBU Hang Lekir, Jakarta Selatan. (republika)

Rupiah Menuju Rp 16.000, Harga BBM November Terancam Naik!

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya non subsidi, pada November terancam dinaikkan kembali. Pasalnya, dua faktor yang memengaruhi harga jual BBM di dalam negeri yakni nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan juga harga minyak saat ini bisa berdampak buruk pada harga jual BBM.

Nilai tukar (kurs) rupiah kian melemah, bahkan nyaris menuju Rp 16.000, sementara harga minyak dunia juga kembali melesat. Sebagai negara pengimpor minyak, mau tak mau, kurs akan sangat berpengaruh pada harga jual BBM di Tanah Air karena RI harus mengeluarkan devisa dolar untuk membeli minyak ataupun BBM dari luar negeri.

Rupiah kian bertekuk lutut di hadapan dolar Amerika Serikat. Pada perdagangan pagi ini, Kamis 20 Oktober 2022, rupiah dibuka melemah 0,23% ke Rp 15.530 per US$. Dalam hitungan detik, rupiah langsung merosot 0,48% ke Rp 15.570 per US$, dan tertahan di level tersebut hingga pukul 09:05 WIB.

Merujuk data Refinitiv pukul 10: 48 WIB, rupiah bergerak di posisi Rp 15.572 per US$. Nilai rupiah sudah jatuh 0,49% dibandingkan hari sebelumnya. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 16 April 2020 atau 2,5 tahun terakhir, di mana rupiah saat itu menyentuh Rp 15.600 per US$.

Rupiah juga sudah ambruk 1,36% sepekan dan ambles 2,23% dalam sebulan di hadapan dolar AS.

Nilai rupiah ini sangat terkoreksi bila dibandingkan asumsi kurs yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022. Pada APBN, kurs dipatok sebesar Rp 14.350 per US$. Sementara menurut perubahan APBN sesuai Peraturan Presiden No.98 tahun 2022, kurs dipatok Rp 14.450 per US$.

Sementara harga minyak jenis Brent pada Rabu 19 Oktober 2022 tercatat US$ 92,41 per barel, naik 2,6%. Sementara jenis light sweet West Texas Intermediate (WTI) tercatat US$ 85,55 per barel, naik 3,3%. Pergerakan minyak mentah sangat liar di pekan ini, pada Selasa lalu WTI merosot 3%.

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, melemahnya kurs rupiah dan juga harga minyak yang meningkat akan sangat berdampak pada penentuan harga BBM di dalam negeri.

Pasalnya, kedua faktor itu berpengaruh pada penetapan harga jual BBM yang diputuskan oleh badan usaha penyalur BBM seperti PT Pertamina (Persero) dan juga badan usaha swasta lainnya.

Selain kedua faktor itu, lanjutnya, harga BBM juga ditetapkan berdasarkan perhitungan inflasi. Namun menurutnya tingkat inflasi sejauh ini masih terkendali.

“Inflasi masih terkendali lah, tapi dua variabel tadi (kurs dan harga minyak) bisa menyebabkan kenaikan harga keekonomian, baik dari (BBM) subsidi maupun non subsidi,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia.

“Kalau yang (BBM) non subsidi itu sudah diberlakukan Pertamina. Dia selalu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap harga minyak, jika harga naik maka dia naikkan (harga Pertamax), kalau turun ya diturunkan, Pertamax kan seperti itu,” lanjutnya.

Dia memperkirakan, dengan kondisi harga minyak sejauh ini masih di kisaran US$ 90 per barel, harga BBM non subsidi seperti Pertamax pada bulan depan bisa naik sekitar Rp 1.000 – Rp 1.500 per liter.

“Tadi Pertamax itu kan disesuaikan dengan dua variabel tadi, saya hanya menggunakan variabel harga minyak dunia, maka kemungkinan bisa naik Rp 1.000 – Rp 1.500 untuk Pertamax,” ungkapnya.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero), per 1 Oktober 2022 telah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis non subsidi, seperti Pertamax, Pertamax Turbo hingga Pertamina Dex.

Pertamina menurunkan dua jenis produk BBM non subsidi, yakni bensin Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98). Namun, Pertamina juga menaikkan harga dua jenis solar non subsidi, yakni Dexlite dan Pertamina Dex.

Harga BBM Pertamax untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya per 1 Oktober 2022 lalu turun Rp 600 per liter dari yang sebelumnya Rp 14.500 per liter menjadi Rp 13.900 per liter. Begitu juga dengan harga Pertamax Turbo turun dari yang sebelumnya Rp 15.900 per liter menjadi Rp 14.950 per liter.

Seperti diketahui, penyesuaian harga BBM Umum ini dilakukan untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

Ncbcindonesia/matahukum/rid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *