Pengamat: Publik Menanti Kapolri Usut Tiga Kapolda Diduga Terlibat Kasus Sambogate

0
ferdy sambogate

Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran bersama Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Nico Afinta. (istimewa)

Mata-Hukum, Jakarta- Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, mengatakan publik menantikan ketegasan Kapolri mengusut dugaan keterlibatan tiga kapolda di dalam kasus ‘Sambogate’. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) harus bisa mengusut soal adanya isu dugaan keterlibatan tiga kepala kepolisian daerah (Kapolda) terkait kasus kematian Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Adapun tiga kapolda yakni Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Panca Putra, dan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta.

Kapolda Kapolda Sumut Irjen Pol. RZ Panca Putra Panjaitan. (istimewa)

“Ini lagi-lagi soal konsistensi dan komitmen Kapolri terkait dengan visi dan misi serta pernyataan-pernyataannya. Yang terpenting saat ini adalah keteladanan yang ditunjukkan dengan sikap tegas Kapolri,” kata Bambang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat 23 September 2022.

Bambang menjelaskan bahwapernyataan Kapolri itu terkait dengan anggota untuk tidak takut kepada atasan dan berani menolak perintah atasan bila bertentangan dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Menurutnya, pernyataan itu bisa jadi basa-basi institusi bila tidak ada langkah konkret dari ketegasan Kapolri untuk memberikan sanksi terhadap para petinggi yang terindikasi melakukan pelanggaran. “Saat ini momentum yang sangat tepat untuk menunjukkan sikap yang tegas itu,” ujarnya.

Seperti Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran yang memiliki dua anggotanya yang disidang etik karena tidak profesional dalam menangani kasus penembakan Brigadir J (mantan Wadirreskrimum Polda Metro AKBP Jerry Raymond Siagian dan mantan Kanit Renata AKBP Pujiyanto).

Selain itu, Fadil Imran sempat viral dengan aksi memeluk Ferdy Sambo tak lama setelah kasus penembakan Brigadir J mencuat ke tengah masyarakat.

“Tidak hanya untuk tiga kapolda itu saja, tetapi juga dengan kasus lain, misalnya Direskrimum Polda Sumatera Selatan terkait dengan kasus setoran AKBP Dalison juga butuh pembuktian,” kata Bambang.

Dalam kasus ini, menurut Bambang, perlu keberpihakan Kapolri kepada anggota di bawah. Dalam membenahi ini semua, menurut Bambang, Kapolri mempunyai dua pilihan untuk menyelamatkan nama baik institusi dengan meninggalkan warisan terbaik bagi Polri atau sekadar menyelamatkan kepentingan-kepentingan jangka pendek.

“Saat ini semua kembali pada ketegasan Kapolri sendiri,” kata Bambang.

Keterlibatan Priantono Bonosusatya Bonosusatya dan Brigjen Hendra Kurniawan dalam Kasus Ferdy Sambo

Robert Priantono Bonosusatya (kanan), bantah fasilitasi jet pribadi Brigjen Hendra Kurniawan (kiri).
(tribunnews.com)

Ketua Indonesia Police Watch alias IPW, Sugeng Teguh Susanto, menyebut Brigadir Jenderal atau Brigjen Hendra Kurniawan diduga menggunakan pesawat jet pribadi milik Robert Priantono Bonosusatya saat mengunjungi kediaman orangtua Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat di Jambi.

Berdasarkan BAP yang dilihat oleh Tempo, Hendra Kurniawan mengaku sempat bertemu dengan keluarga Brigadir J di Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi, pada Senin, 11 Juli 2022. Pertemuan itu merupakan perintah dari eks Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Inspektur Jenderal Ferdy Sambo yang kala itu masih memegang jabatannya dan masih berstatus sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Selain diduga meminjamkan jet pribadi kepada Hendra Kurniawan, Sugeng juga menyebut Robert Priantono Bonosusatya alias RBT memiliki peran dalam Konsorsium 303 yang diduga juga berkaitan dengan Ferdy Sambo.

“IPW mencium aroma amis keterlibatan  RBT dan Yoga Susilo dalam kasus Sambo dan Konsorsium 303. Lantaran, selain RBT, nama Yoga Susilo, Direktur Utama PT Pakarti Putra Sang Fajar muncul dalam struktur organisasi Kaisar Sambo dan Konsorsium 303, sebagai Bos Konsorsium Judi Wilayah Jakarta,” kata Sugeng dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada 19 September 2022.

Adapun Robert membantah sebagai pemilik jet pribadi yang disebut Indonesia Police Watch (IPW) dipakai Brigadir Jenderal Hendra Kurniawan untuk menemui keluarga Brigadir J. Dia menyatakan tak memiliki jet, namun mengakui mengenal Hendra. “Nggak bener itu, nggak bener sama sekali. Bukan, mana ada saya jet,” kata Robert.

Robert juga mempertanyakan bukti Indonesia Police Watch menuduhnya memiliki jet pribadi yang dipakai Hendra. Namun ia mengakui mengenal mantan Kepala Biro Pengamanan Internal Divisi Propam itu sejak ia masih berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi. “Sudah lama sekali saya kontak dia sejak 5 atau 6 tahun. Waktu itu dia masih AKBP,” ujarnya.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo saat menjawab pertanyaan sejumlah wartawan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Agustus 2022. Tempo/Eka Yudha Saputra

Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasteyo menegaskan tidak ada keterkaitan tiga kapolda dengan kasus penembakan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir Jsehingga tidak ada pendalaman dan pemeriksaan oleh Tim Khusus (Timsus).

“Sampai hari ini saya tegaskan kembali, dari Timsus tidak ada, tidak ada pendalaman, juga tidak ada keterkaitannya sampai hari ini tidak ada keterkaitan tiga kapolda,” kata Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.

Ketiga kapolda yang dimaksud adalah Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Nico Afinta, dan Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol. Panca Putra Simanjuntak.

Jenderal bintang dua itu mengatakan bahwaTimsus saat ini fokus menuntaskan berkas perkara tersangka penembakan Brigadir J oleh Ferdy Sambo dan kawan-kawan, serta menghalangi penyidikan (obstruction of justice) oleh Ferdy Sambo dengan enam tersangka lainnya. “Jadi, tidak ada keterkaitannya (tiga kapolda),” kata Dedi.                                                     republika.ci.id/tempo.co/rid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *