Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Bengkak Lagi Sebesar Rp 21 Triliun
“Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengungkapkan analisisnya mengenai proyek ini. Menurutnya, dari awal Indonesia sebenarnya tak mampu membiayai proyek ini. Namun konsekuensinya dirasa terlalu berat jika harus menyerahkan proyek ini sepenuhnya kepada China”
Mata-Hukum, Jakarta – Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami pembengkakan atau cost overrun. Proyek ini diperkirakan bengkak antara US$ 1,176 miliar hingga US$ 1,9 miliar, atau sekitar Rp 17,52 triliun hingga Rp 28,31 triliun (asumsi kurs Rp 14.900). Pemerintah diminta pihak China untuk menalangi pembangunan proyek itu.
Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengungkapkan analisisnya mengenai proyek ini. Menurutnya, dari awal Indonesia sebenarnya tak mampu membiayai proyek ini. Namun konsekuensinya dirasa terlalu berat jika harus menyerahkan proyek ini sepenuhnya kepada China.
“Kalau semua kekurangan pembiayaan 100% China bisa. Marah lagi nanti orang Indonesia kita dijajah China. Jadi China paham, kitanya yang tidak tahu diri. Mau diserahkan semuanya 100%? Nanti manajemennya dia, kan nanti marah lagi kita.” ujar dia dalam acara diskusi Blak-blakan, belum lama ini.
Dalam kesempatan tersebut, Faisal mengungkapkan fasilitas yang diberikan China adalah pinjaman yang bunganya 20 kali lebih tinggi dari Jepang. Hal ini menurutnya adalah ongkos yang harus dibayar oleh Indonesia.
“Cost overrun ini disebabkan karena perencanaanya berubah-ubah dari waktu ke waktu berulang kali. Dulu lewat Walini, sekarang Walininya dilewati saja tidak berhenti, dihidupkan Padalarang,” jelasnya.
Menurut Faisal, kereta cepat seharusnya didesain bersaing dengan moda transportasi pesawat. Tapi faktanya, banyak hal yang membuat fasilitas kereta cepat Jakarta-Bandung yang akan sulit bersaing dengan pesawat.
“Daripada Padalarang ke Bandungnya naik lewat kereta konvensional. Kalau bawa barang gitu turun kereta naik kereta lagi, kalau turun kereta cepat barangkali lebih nyaman ya beda platform-nya itu lurus gitu. Masuk ke konvensional diangkat lagi harus pakai porter lagi nah ini kereta apa karena dari dulu kita sudah ingatkan bahwa kereta cepat itu kompetitornya adalah pesawat.” katanya.
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan nilai investasi atau overrun
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diketahui mengalami pembengkakan nilai investasi atau overrun. Tetapi, ada perbedaan hitungan overrun antara pemerintah Indonesia dengan China.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, berdasarkan hitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), nilai investasi proyek itu membengkak sebesar USD1.499 atau setara Rp21,7 triliun (kurs USD1 = Rp15.500).
Sedangkan, hitungan pemerintah China bengkaknya biaya pembangunan proyek sebesar USD980 juta atau setara Rp15,19 triliun.
“Jadi, ada perbedaan karena beda cara melakukan review, beda metode dan beda asumsi,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada, Kamis 10 November 2022 lalau.
Dwiyanana menjelaskan, perbedaan asumsi dilihat dari perhitungan dari pihak ketiga. Pemerintah China, lanjut dia, tidak memasukkan biaya pihak ketiga seperti penyediaan persinyalan, sedangkan Pemerintah Indonesia memasukkan ke daftar biaya yang bengkak.
“Di China (persinyalan) itu free ya. China menilai seharusnya pemerintah Indonesia juga bisa memberikan free of charge pada KCJB untuk mendapatkan frekuensi GSMR,” ucap dia.
Dengan temuan ini, Dwiyana meminta pemerintah China bisa memaklumi kondisi di Indonesia. Meskipun pada awalnya, Dia memastikan, pemerintah China tidak menerima hitungan dari BPKP.
“Saya yakin pembahasan berikutnya ada titik temu. Sekali lagi ini proyek investasi bersama antara pemerintah China dan Indonesia,” pungkas dia.
Dari berbagai sumber/matahukum/rid