Rupiah makin Terpuruk, Bisa Tembus Rp 15.400/US$

0
Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta. (istimewa)

“Mengendalikan inflasi adalah prioritas utama, meski nantinya terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat suku bunga tinggi yang bisa membawa perekonomian merosot hingga resesi”

Mata-Hukum, Jakarta – Dampak rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) Jumat pekan lalu baru terasa di dalam negeri Senin kemarin. Nilai tukar rupiah langsung jeblok ke 0,39% ke Rp 15.310/US$, yang merupakan level terlemah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir.

Tekanan bagi rupiah berisiko berlanjut lagi pada perdagangan Selasa 11 Oktober 2022. Sebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif.

Presiden The Fed wilayah Chicago, Charles Evans, mengatakan ada konsensus yang kuat suku bunga akan berada di kisaran 4,5% pada Maret 2023, dan akan terus ditahan di level tersebut.

Artinya akan ada kenaikan sebesar 125 basis poin lagi dari level saat ini 3% – 3,25%.

Evans mengatakan mengendalikan inflasi adalah prioritas utama, meski nantinya terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat suku bunga tinggi yang bisa membawa perekonomian merosot hingga resesi.

“Pada akhirnya, inflasi adalah hal yang paling penting untuk dikendalikan. Itu adalah tugas utama. Stabilitas harga bisa menjadi landasan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan,” kata Evans, sebagaimana dilansir CNBC International.

“Jika tingkat pengangguran naik itu disayangkan, jika kenaikannya besar maka akan menyulitkan. Tetapi stabilitas harga membuat masa depan lebih baik,” tambahnya.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) yang kini berada kisaran Rp 14.900/US$ – Rp 14.920/US$.

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Apalagi rupiah juga sudah menembus dan tertahan di atas Rp 15.090/US$ – Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 50% tersebut, rupiah berisiko terpuruk semakin jauh. Target pelemahan ke Rp 15.450/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.

Rupiah tertahan di resisten Rp 15.310/US$, jika level tersebut ditembus dan tertahan di atasnya ada risiko pelemahan lebih lanjut. Target hari ini ke Rp 15.360/US$ – Rp 15.400/US$.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian juga berada di wilayah overbought.

Support terdekat berada di kisaran Rp 15.270/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.250/US$ hingga Rp 15.230/US$.

Support kuat berada di kisaran 15.100/US$ hingga Rp 15.090/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.                                         Cnbcindonesia/matahukum/rid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *