24.9 C
Jakarta
04.11.2025
Mata Hukum
Home » Jenderal Gatot Nurmantyo: Kita Lebih Neoliberalisme dari Amerika
BisnisNews

Jenderal Gatot Nurmantyo: Kita Lebih Neoliberalisme dari Amerika

“Mantan Panglima TNI itu membeberkan bahwa selama 20 tahun terakhir, Indonesia telah didikte pemodal dalam membuat kebijakan”

Mata Hukum, Jakarta – Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menyebut kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sudah sangat neoliberalisme.

Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo

“Yang lebih menyakitkan lagi, 10 persen orang kaya, terkaya (di Indonesia) itu menguasai 49 persen kekayaan”, ungkap Gatot dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, Selasa, 16 September 2025.

Dalam kesempatan tersebut, mantan Panglima TNI itu menjelaskan, yang ada dan sisanya 90 persen untuk rakyat. Jadi kita lebih neoliberalisme dari Amerika yang hanya 47 persen, bayangin negara hebat kan kita,” tegas Jenderal Gatot.

Mantan Panglima TNI itu membeberkan bahwa selama 20 tahun terakhir, Indonesia telah didikte pemodal dalam membuat kebijakan.

“Kita sudah melaksanakan kebijakan neoliberalisme selama 20 tahun. Mungkin waktu itu, kamu buat undang-undang yang neoliberalisme, ya kan atau tidak saya suntik dana? Bisa jadi seperti itu,” jelas Gatot.

Hal ini akhirnya makin memperparah kehidupan rakyat. Ketimpangan semakin tinggi dan kemiskinan kian merajalela.

“Dan kemudian yang menyedihkan lagi bahwa perbankan itu, kredit 85 persen untuk pengusaha besar. Buat UMKM-nya cuma sekitar 15 persen. Ini yang membuat ekonomi tidak jalan,” ungkapnya.

Lulusan AKABRI 1982 ini lantas menjelaskan bahwa banyak kebijakan yang tidak berpihak ke rakyat membuat kehidupan bangsa makin sengsara.

“Ekonomi kita seperti ini apalagi kalau kita bicara tentang masalah tanah, PSN dan sebagiannya sangat-sangat menyakitkan,” tandas Gatot.

Berikut 31 Orang Terkaya Indonesia versi Forbes Billionaires List per 27 Juli 2025:

1.Prajogo Pangestu Rp 542,79 triliun

2.Low Tuck Kwong Rp 431,95 triliun

3. R. Budi Hartono Rp 348,820 Triliun

4. Michael Hartono Rp 336,780 Triliun

5. Otto Toto Sugiri Rp 249,39 triliun

6. Marina Budiman 11,2 miliar dollar AS (Rp 182,56 triliun)

7. Sri Prakash Lohia 8,7 miliar dollar AS (Rp 141,81 triliun)

8. Han Arming Hanafia 7,2 miliar dollar AS (Rp 117,36 triliun)

9. Tahir & family 6,1 miliar dollar AS (Rp 99,43 triliun) 10. Agoes Projosasmito 5,8 miliar dollar AS (Rp 94,54 triliun)

11. Chairul Tanjung 4,8 miliar dollar AS

12. Dewi Kam 4,6 miliar dollar AS

13. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono 3,6 miliar dollar AS 14. Theodore Rachmat 3,5 miliar dollar AS

15. Sukanto Tanoto 3,5 miliar dollar AS

16. Martua Sitorus 3,5 miliar dollar AS

17. Djoko Susanto 3,2 miliar dollar AS

18. Alexander Ramlie 2,7 miliar dollar AS

19. Peter Sondakh 2,6 miliar dollar AS

20. Mochtar Riady & family 2,3 miliar dollar AS

21. Hermanto Tanoko 2 miliar dollar AS

22. Bambang Sutantio 1,9 miliar dollar AS

23. Bachtiar Karim 1,8 miliar dollar AS

24. Burhan Karim 1,5 miliar dollar AS

25. Bahari Karim 1,5 miliar dollar AS

26. Haryanto Tjiptodihardjo 1,3 miliar dollar AS

27. Wirastuty Fangiono 1,3 miliar dollar AS

28. Soegiarto Adikoesoemo 1,2 miliar dollar AS

29. Hary Tanoesoedibjo 1,1 miliar dollar AS

30. Eddy Sugianto 1,1 miliar dollar AS

31. Edwin Soeryadjaya 1,1 miliar dollar AS

Mengutip Wayback Machine (2008), neoliberalisme dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik pada akhir abad ke-20. Paham ini merupakan redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan distorsi dan high cost economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif.

Berita Terkait

Menpan RB: Pendaftaran CPNS dimulai 20 Agustus dengan 250.407 formasi

Farid Bima

Cerita Senin Pagi: Ramadhan, Mudik Diskon, Banjir, PHK, dan Sembako ala Roller Coaster

Farid Bima

Divonis 6 Tahun 6 Bulan, Hakim Nilai Tuntutan 12 Tahun Penjara Harvey Moeis Terlalu Berat

Farid Bima

Leave a Comment