“Meski mundur sebagai Ketua DPR AS, politikus berusia 82 tahun itu tetap akan menjadi anggota Kongres mewakili San Francisco di DPR seperti yang telah dia lakukan selama 35 tahun”
Mata-Hukum, Jakarta – Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, memutuskan akan mundur sebagai pemimpin Demokrat di DPR. Keputusan itu dibuat usai Partai Republik menang di pemilihan DPR pada Kamis 17 November 2022.
Meski mundur sebagai Ketua DPR AS, politikus berusia 82 tahun itu tetap akan menjadi anggota Kongres mewakili San Francisco di DPR seperti yang telah dia lakukan selama 35 tahun.
Pelosi mengatakan DPR merupakan tanah suci dan jantung demokrasi Amerika. Dirinya mengenang saat mengunjungi Capitol untuk pertama kalinya sebagai seorang anak ketika ayahnya dilantik sebagai anggota DPR.
“Demokrasi Amerika itu agung tetapi rapuh. Banyak dari kita di sini telah menyaksikan kerapuhan kita secara langsung, secara tragis di kamar ini,” kata Pelosi dalam sambutannya dikutip dari Reuters, Jumat 18 November 2022.

“Jadi demokrasi harus selamanya dipertahankan dari kekuatan yang ingin merusaknya,” kata Pelosi menyinggung serangan terhadap Capitol yang dilakukan oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump.
Pelosi menerima sorakan dari politikus Demokrat lain saat dia mengambil tempatnya di ruang DPR.
“Kami rakyat – satu negara, satu takdir,” ucap Pelosi.
Lebih lanjut, Pelosi mengatakan ada peningkatan jumlah perempuan yang bertugas di DPR sejak pertama kali bergabung. Dia berterima kasih kepada keluarga dan stafnya.
“Hari baru akan segera tiba,” kata Pelosi.
Nantinya, Hakeem Jeffries dari pemilihan New York akan menggantikan Pelosi sebagai pimpinan DPR AS dari Partai Demokrat. Jeffries akan menjadi anggota parlemen kulit hitam pertama yang memimpin salah satu kaukus partai besar di Kongres.
Profil Nancy Pelosi Ketua DPR Wanita Pertama di AS

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, Nancy Pelosi yang merupakan wanita pertama AS menjabat Ketua DPR itu memiliki nama lengkap Nancy Patricia D’Alesandro Pelosi.
Sebelum menjabat sebagai ketua DPR AS, wanita berusia 82 tahun ini adalah pimpinan minoritas Partai Demokrat di Dewan Perwakilan AS. Melalui jabatannya sebagai Ketua DPR AS, Pelosi menjadi orang nomor tiga dalam garis suksesi Presiden AS setelah Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris.
Nancy Pelosi adalah anak ke-6 dari 6 bersaudara, dan memiliki darah Italia dari Ibunya, Annunciata Lombardia.
Bakat berpolitik Nancy diturunkan dari Ayahnya, Thomas D’Alesandro, Jr., yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan perwakilan AS dari Maryland dan Wali Kota Baltimore.
Kakak Pelosi, Thomas L.J D’Alesandro III, juga pernah menjabat sebagai Wali Kota Baltimore pada tahun 1967 hingga 1971. Ibunya juga seorang politikus yang mengorganisir perempuan Demokrat.
Pelosi bersekolah di Institute of Notredame high school, dan berkuliah di Trinity College, Washington, pada tahun 1962.
Iklan untuk Anda: Polri Temukan CCTV yang Akan Ungkap Kasus Kematian Brigadir J
Advertisement by
Saat berkuliah, tepatnya pada tahun 1963, Pelosi bertemu dengan Paul Francis Pelosi yang kemudian menjadi suaminya.
Mereka menikah di Gereja Katedral Mary Our Queen di Baltimore, pada 7 September 1963. Paul sendiri adalah seorang pengusaha Amerika yang memiliki Financial Leasing Services, Inc., sebuah firma konsultasi dan investasi real estat dan modal ventura yang berbasis di San Francisco. Selain itu, Paul juga tercatat sebagai pemilik tim football Sacramento Mountain Lions yang berbasis di California.
Pasangan ini memiliki lima orang anak, termasuk jurnalis AS Alexandra Pelosi dan ahli strategi politik Partai Demokrat Christine Pelosi. Setelah anak bungsunya masuk SMA, Nancy Pelosi mulai aktif dalam kegiatan Partai Demokrat.
Ia menjadi ketua pengurus cabang Partai Demokrat di North Carolina dan bergabung dengan pimpinan Demokrat lainnya, seperti Philip Burton dari California. Pelosi menjadi anggota Dewan Perwakilan AS pada tahun 1987, setelah istri Philip Burton, Sala Burton mengundurkan diri akibat terkena kanker.
Sala menyarankan Nancy untuk maju ke dalam pemilihan untuk menggantikannya, dan sejak saat itu ia terpilih untuk mewakili Distrik ke-8 California.
Selama menjabat sebagai Dewan Perwakilan AS, Nancy pernah menjadi anggota Komite Intelijen, wakil pimpinan minoritas Demokrat, dan pimpinan minoritas Demokrat. Ia adalah perempuan pertama yang menjadi pimpinan minoritas Partai Demokrat di Dewan Perwakilan AS.
Menyusul kemenangan Partai Demokrat pada tahun 2006, Pelosi secara resmi dicalonkan untuk menjadi Ketua Dewan. Dalam pemilihan 4 Januari 2007 ia mengalahkan pentolan Partai Republik, John Boehner dan menggantikan posisi ketua terdahulu, Dennis Hastert.
Melalui kemenangannya ini, ia menjadi wanita pertama, orang California pertama dan orang keturunan Italia-Amerika pertama yang memegang jabatan Ketua DPR AS. Dalam pidato kemenangannya, Pelosi menyoroti peran wanita dalam kursi pemerintahan.
“Ini adalah momen bersejarah (bagi Kongres), dan bagi perempuan di negeri ini. Ini adalah momen yang telah kami tunggu selama lebih dari 200 tahun. Tidak pernah kehilangan kepercayaan, kami menunggu selama bertahun-tahun perjuangan untuk mencapai hak-hak kami. Tapi wanita tidak hanya menunggu; wanita sedang bekerja. Tidak pernah kehilangan kepercayaan, kami bekerja untuk menebus janji Amerika, bahwa semua pria dan wanita diciptakan sama. Untuk putri dan cucu perempuan kami, hari ini, kami telah memecahkan langit- langit marmer. Untuk putri kami dan cucu perempuan kami, langit adalah batasnya, apa pun mungkin bagi mereka,” ujar Pelosi dalam pidatonya saat itu.
Setelah Demokrat mendapat kemenangan dalam pemilihan tahun 2018, pada 28 November partai ini mencalonkan kembali Pelosi untuk menjabat sebagai Ketua DPR AS. Pada 3 Januari 2019, Pelosi terpilih kembali sebagai ketua DPR AS dengan kemenangan tipis yaitu 216 suara, sedangkan pesaingya Kevin McCarthy mendapat 209 suara.
Karier berpolitiknya mulai banyak diperbincangkan setelah Pelosi membuat langkah berani dengan memimpin sidang pemakzulan mantan presiden AS, Donald Trump pada tahun 2019 silam. Ia bahkan pernah menyobek salinan pidato trump setelah sidang senat AS.
Meski sikapnya kerap menimbulkan kontroversi, atas beberapa ketegasannya, Pelosi dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai salah satu wanita paling berkuasa di tahun 2019.
Sejarah Panjang Aksi Nancy Pelosi yang Kerap Kritik China, Apa Saja?

Ketua DPR AS Nancy Pelosi tiba di Taiwan, memicu amarah dan kekhawatiran China. Hal ini didasarkan oleh dirinya yang memiliki sejarah panjang mengkritik pemerintah China.
Sementara itu, pemerintah China tidak merahasiakan penghinaannya terhadap Pelosi, di mana pernah melabelinya dengan sebutan “penuh kebohongan dan disinformasi”.
Lantas, apa saja aksi vokal kritik Nancy Pelosi terhadap China? Menyadur BBC News, berikut poin-poinnya:
- Kunjungan Lapangan Tiananmen 1991
Dua tahun setelah pengunjuk rasa dihancurkan oleh pasukan Partai Komunis di Lapangan Tiananmen Beijing, perwakilan California saat itu mengunjungi ibu kota.
Menyelinap dari pengawalan resminya bersama dengan dua anggota Kongres lainnya, Pelosi pergi ke alun-alun kota tanpa izin dari tuan rumah, China.
Di sana, mereka membentangkan spanduk kecil yang dilukis dengan tangan bertuliskan, “Untuk mereka yang mati demi demokrasi di China.”
Polisi mendekat dengan cepat, mendekati wartawan yang meliput acara tersebut dan mengejar anggota parlemen keluar dari alun-alun. Kementerian Luar Negeri China kemudian mengecam insiden itu sebagai “lelucon yang direncanakan”.
Beberapa mengkritik tindakan Pelosi selama kunjungan itu. Pelosi, yang juga membantu memimpin resolusi mengutuk tindakan China pada tahun 1989, terus berbicara tentang pembantaian para demonstran selama bertahun-tahun.
Baru-baru ini, dia mengeluarkan pernyataan untuk memperingati 33 tahun proses ini dan menyebut demonstrasi itu merupakan salah satu tindakan keberanian politik terbesar dan membanting Partai Komunis.
2. Surat untuk Hu Jintao
Pada pertemuan dengan Wakil Presiden China saat itu Hu Jintao pada tahun 2002, Pelosi mencoba memberikan empat surat yang menyatakan keprihatinan atas penahanan dan pemenjaraan para aktivis di China dan Tibet, dan menyerukan pembebasan mereka.
Hu menolak untuk menerima surat-surat itu. Tujuh tahun kemudian, Pelosi dilaporkan menyerahkan surat lain kepadanya – oleh Presiden China saat itu – menyerukan pembebasan tahanan politik termasuk pembangkang terkemuka Liu Xiaobo.
Liu dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2010 tetapi tidak diizinkan melakukan perjalanan ke Norwegia untuk menerima penghargaan tersebut. Dia meninggal karena kanker pada tahun 2017 saat masih dalam tahanan Tiongkok.
3. Manuver Olimpiade
Pelosi telah menentang tawaran China untuk menjadi tuan rumah Olimpiade sejak 1993 atas dasar dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
Dia adalah salah satu anggota parlemen yang gagal mendesak Presiden AS saat itu, George W Bush, untuk memboikot upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas China (2008).
Tahun ini, Pelosi diketahui kembali memimpin seruan untuk “boikot diplomatik” Olimpiade Musim Dingin 2022 Beijing atas perlakuan terhadap Muslim Uyghur di China.
“Bagi kepala negara yang pergi ke China sehubungan dengan genosida yang sedang berlangsung benar-benar menimbulkan pertanyaan, otoritas moral apa yang Anda miliki untuk berbicara lagi tentang hak asasi manusia di mana pun di dunia?” kata dia.
Sebagai tanggapan, juru bicara kedutaan besar China di Washington mengatakan politisi AS tidak dalam posisi untuk membuat kritik yang tidak berdasar terhadap China.
Selama bertahun-tahun, Pelosi juga telah mendorong agar status perdagangan China dikaitkan dengan catatan hak asasi manusianya, dan untuk melampirkan persyaratan masuknya China ke Organisasi Perdagangan Dunia.
Kebijakan itu memicu kontroversial, di mana Bush memveto undang-undang terkait hal ini beberapa kali. Sementara mantan Presiden Bill Clinton awalnya mendukung tetapi kemudian mengabaikannya.
Ia mengatakan kepentingan strategis Amerika yang lebih luas membenarkan pembalikan tersebut.

Dari berbagai sumber/matahukum/rid